Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 27 Maret 2010

KEBAHAGIAAN CARA RASULULLAH SAW


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda:
" Barangsiapa tidur dengan tenang di tempat tidurnya, sehat badannya, memiliki jatah makan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah mendapatkan dunia dan semua kenikmatannya."
Maksud dari hadits di atas adalah jika seseorang telah mendapatkan makanan yang cukup dan tempat berlindung yang aman, maka dia telah mendapatkan kebahagiaan yang sempurna dan kebahagiaan yang terindah. Ini terjadi pada kebanyakan orang. Namun mereka tidak pernah menyebutnya, melihatnya dan merasakannya sebagai kebahagiaan dan kebaikan.
Allah swt berfirman kepada Rasul-Nya,
"Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Q.S. Al Maidah: 3)

Nikmat apa yang diberikan kepada Rasulullah secara sempurna? Apakah nikmat itu berupa materi? Apakah itu berupa makanan yang melimpah? Apakah istana-istana yang terbuat dari emas dan perak? Tentu saja tidak. Rasulullah tidak memiliki semua itu.

Minggu, 19 Oktober 2008

TANAH

Tanah, tempat manusia berpijak, bercocok tanam, tempat berdirinya berbagai bangunan gedung apartemen, sekolah, universitas, pabrik, cafe, hotel, gelanggang dan sebagainya. Tanah dapat diwariskan kepada anak cucu dari salah satu keluarga yang telah meninggal dunia yang diatur dalam Hukum Waris menurut ajaran Islam. Mengapa ? karena setiap semua manusia yang hidup akan merasakan kematian, sehingga terjadilah apa yang disebut pewaris dan yang mewariskan. Itulah sunnatullah, dimana hikmah dari semua itu adalah sebagai ujian hidup bagi manusia, siapa diantara mereka yang terbaik amalnya , yang mampu menjalankan amanah yang dipikulkan kepadanya, Jujurkah , adilkah dalam mengemban amanah atau sebaliknya curangklah, khianatkah, serakahkah? Walaupun pada suatu saat nanti tanah akan diciumnya juga, karena dari tanah manusia diciptakan oleh Allah SWT dan kesanalah manusia akan dikembalikan.
Kadang manusia tak menyadari yang karena keterbatasan pemahaman agamanya, sering kita dengar bahkan kita saksikan di media elektronika, televise dan lain-lain yaitu gara-gara tanah seseorang rela menganiaya bahkan membunuh orang tuanya menyakiti saudaranya. Atau seseorang bermarah-marahan dengan saudaranya karena sebab tanah. Seseorang bisa hidup mulia karena sebab tanah yang dimilikinya atau sebaliknya seseorang dapat hidup hina karena sebab tanah pula.
Allah SWT menciptakan alam ini baik langit dan buminya dengan isinya . Itu semua adalah untuk kemaslahatan hidup manusia. Sebagai contoh kecil saja, setiap pagi hari kita menikmat karunia Allah SWT berupa udara yang begitu bersih sambil kita pandangi luasnya dan tingginya langit biru dan tampak gagahnya kapal udara melayang terbang diudara milik Allah SWT yang dengan demikian manusia mudah menempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Bagaimana mungkin kapal tersebut terbang tinggi tanpa udara yang Allah SWT ciptakan?. Begitupun bumi yang Allah SWT hamparkan ini baik berupa daratan maupun lautan yang begitu banyak manfaat yang diambil oleh manusia, ikan-ikannya di lautan dan ditumbuhinya tanah tersebut dengan tumbuhan yang bermanfaat berupa buah dan sayur mayur untuk memenuhi dan menyiapkan kebutuhan manusia. Maka nikmat Allah SWT yang manakah yang kita ingkari ?.
TANAH, sekali lagi sebagai bukti keberadaan makkhluk manusia dan sekaligus sebagai bukti ketinggian dan kemulyaan Allah SWT. Manusia yang sujud kepada Allah SWT dalam pandangan zahir memang hina, namun dalam pandangan Allah SWT justru manusia yang ikhlas menempelkan keningnya dibumi ciptaan Nya sangat dimuliakan Allah di yaumil qiyamah kelak. Itulah sebenarnya sebagai tanda dan bukti syukur kepada Allah SWT. Itulah sebabnya bahwa Allah SWT memerintahkan makhluk Iblis kepada Nabi Adam adalah untuk menguji makhlukNYA yang bernama Iblis tersebut agar melaksanakan perintah Allah SWT tanpa memandang kepada siapa ia berhidmat , tetapi Siapa yang memerintahnya bersujud? Inilah yang kebanyakan manusia yang tak menyadari bahwa ketundukan kepada aturan dan perintah Allah SWT adalah manfaatnya kepada manusia itu sendiri. Allah SWT akan mengganjar setiap ketaatannya, dan Allah SWT akan memperhitungkan akan kekufurannya ,

Oleh karena itu maka wajarlah kalau nabi Adam diusir dari Surga sebagai hukuman ketidak taatannya untuk tidak mendekati buah terlarang kemudian dikutuknya Iblis karena kesombongan dan keangkuhannya menentang perintah Allah SWT untuk sujud ihtirom kepada Nabi Adam AS.
Memang kelalaian manusia karena bujukan Syaitan dan sifat lupanya kepada Allah SWT. Itulah sebabnya apabila mengerjakan sesuatu agar manusia membaca Asma Allah (Basmalah ) begitupula dalam membaca ayat – ayat Allah SWT agar membaca Ta’awuzd sebagai ketergantunagan mutlak mohon perlindungan hanya kepada Allah SWT.
Oleh karena itu maka jadikanlah tanah bukan hanya sekedar tempat kita berpijak, mencari rizqi yang halal tetapi jadikanlah tanah tempat kita bersujud menyembah Allah SWT berbuat baik yang diridhoiNYa, bukan sebaliknya tanah kita jadikan tempat bermaksiat dan mengundang kemurkaan Allah SWT, Na’uzdubillah.

Jakarta, 20 Oktober 2008

Fauzi agh
021-92170496

Rabu, 01 Oktober 2008

BELAJAR DARI HAPE

BELAJAR DARI HAPE

Dewasa ini banyak sekali HP yang digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari para eksekutif, pengusaha, pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum lainnya. Merek HP yang kita kenal antara lain misalnya ; Sony Ericson, Nokia, Siemens, LG, Motorola, Esia, Smart, Hepi dan lain-lain dengan berbagai merek dan fitur tentunya, namun sebagian masyarakat ada yang tidak lagi melihat merek tetapi yang terpenting bagaimana mereka dapat berkomunikasi dengan cepat dan praktis dengan orang yang mereka ajak bicara dalam jarak yang cukup jauh, dengan focus pembicaraan yang sangat kompleks dan bervariasi mulai dari masalah bisnis, sekedar bincang-bincang, saling kirim kabar, silaturrahmi, atau menjalin hubungan khusus bagi mereka yang sedang dimabuk asmara, atau untuk sekedar janjian dengan teman slingkuhan bahkan sang Penculik dan Kaum Teroris pun menggertak mengecoh serta mengancam para korbannya melalui HP. Artinya bahwa ada banyak peluang yang empuk bahwa penggunaan HP bukan saja untuk keperluan yang bersifat positif, tapi peluang untuk melakukan hal – hal yang bersifat negatif pun terbuka lebar, namun begitu semua kembali kepada pengguna, mau diapakan alat itu terserah kepada pemiliknya. Nah itulah sebabnya maka demi kemaslahatan berbagai pihak, maka bagi setiap pemilik kartu baru harus didaftar sesuai data yang tercantum dalam KTP / identitas pemilik kartu.

Kenyataan memang benda kecil mungil ini sangat dibutuhkan karena sekali lagi bahwa dengan alat tersebut kita akan mudah melakukan komunikasi disamping alatnya pun mudah dibawa kemana saja, dan alat ini sekarang bukan lagi sebagai barang mewah karena mulai dari Anak SD sampai SMA, bahkan tukang sayur kliling pun sudah biasa menggunakannya. Kecanggihan lain alat ini antara lain bahwa kita bisa melihat wajah orang yang kita ajak bicara walaupun mereka berada di negara seberang sana dalam jarak yang cukupjauh, sehingga hubungan antar manusia dewasa ini semakin mudah dan tidak bisa ditutupi. Itulah sebabnya telah banyak terbukti entah disengaja atau tidak maka dari alat ini dapat terekam peristiwa atau kejadian yang dapat dijadikan sebagai dokumentasi atau sebagai barang bukti atas perilaku baik yang bersifat amoral , kriminal dan sebagainya, sehingga tampak jelas dalam rekaman tersebut berupa suara maupun gambarnya sekaligus, sehingga menjadi salah satu informasi yang tak bisa dipungkiri lagi kebenaran faktanya.
Memang perlu dimaklumi bahwa ada sisi positif dan negatif dengan memiliki HP system Camera yang tentunya berkemampuan memori memadai sehingga alat tersebut mampu menyimpan berbagai gambar-gambar, video yang di inginkannya. Nah seperti telah diutarakan diatas bahwa semua kembali siapa pemiliknya, kalau si empunya HP tersebut menyadari statusnya sebagai orang yang beriman, maka kemungkinan besar ia tidak akan merekam apalagi menyimpan gambar, film yang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlaq Islam, lalu mereka pun akan menggantinya dengan program program yang memotivasi kepada peningkatan keiamanan kepada Allah SWT misalnya, program Al Qur’an terjemah Hadist Rasulullah SAW dan sebagainya atau disimpan dan direkamnya gambar atau film yang bersifat religius.
Untuk itu ada banyak hal yang dapat kita renungkan dari kehadiran sebuah alat komunikasi ini, antara lain bahwa manusia yang dewasa ini telah mampu menciptakan sebuah alat yang begitu modern dan canggih, hendaklahdapat kita jadikan bahan renungan bahwa Allah SWT telah lebih dahulu menciptakan makhluk yang bernama Nabi Adam AS dalam penciptaan yang sangat unik dan sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Seperti kita ketahui bahwa manusia yang terdiri dari dua unsur baik unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmnai dalam arti bentuk fisik antara lain adanya Kepala , badan, kaki serta kehalusan kulit yang menutupi tubuh jasmani baik berwarna hitam, kuning atau putih dan sebagainya, kemudian didalam tubuh pun dilengkapi beberapa komponen antara lain ; jantung , paru, hati, limpa usus, lambung , ginjal dan sebagainya yang kesemuanya memiliki fungsi masing-masing. Adapun dalam unsur rohani maka pada diri manusia yang terlahir maka telah Allah anugrahkan kepada nya ruh / nyawa yang dilengkapi akal, pikir, rasa serta tentunya nilai nilai keimanan.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Surat 7, Al – ‘Araf : ayat 172 sebagai berikut : ” Wa-iz akhoza robbuka min- banii Aadama min zuhuurihim zurriyyatahum Wa asyhadahum ’alaa anfusihim Alastu birobbikum, Qooluu balaa syahidnaa an-taquuluu yaumal qiyaamati innaa kunnaa ’an- haaza ghoofiliin ”

Artinya : ” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"

Nah dalam kenyataan ini maka manusia dipandang hidup dari dua sisi tanpa terpisahkan yaitu secara lahiriyah dan batiniyah sekaligus dimana keduanya harus seimbang dalam merefleksikan aktifitas kehidupannya baik dalam hubungan secara vertikal kepada Tuhan Nya serta dalam hubungan sesama manusia secara horizontal, nah kalau demikian halnya maka dapatlah manusia itu dikatakan hidup dalam kondisi yang sempurna. Artinya bahwa manusia dalam melakukan berbagai aktifitasnya senantiasa dikendalikan oleh akal dan keimanan yang telah Allah SWT anugrahkan sebagai nikmat terbesar bagi manusia sehingga dengan akal dan iman tersebut mereka dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana pula perbuatan yang buruk. Hal jelas dinyatakan dalam firman Allah SWT tersebut diatas.

Memang sungguh unik dan sangat luar biasa, bahwa Allah SWT yang maha perkasa telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik rupa. Namun kalau dikaji bahwa manusia dengan segala reaksi yang ditampakkannya dalam bentuk berbagai aktifitas tersebut, maka secara sepintas manusia tak ubahnya seperti sebuah HP yang sekarang sedang dan

digandrungi baik oleh kaum Adam maupun kaum Hawa, Mengapa demikian ? Begitulah kehidupan manusia yang tidak terlepas dari aktifitas interaksi maupun komunikasi yang semakin modern seiring perkembangan tekonologi sehingga terciptanya hubungan sosial tanpa terbatas pada ruang dan waktu.

Namun kembali kepada pembicaraan tentang sebuah HP, maka kita tentu mengartikan bahwa HP tersebut dikatakan hidup (On ) maka hal apabila pada HP tersebut terdapat pulsa dan keadaan baterai yang normal serta memadai disamping charge yang kontinyu sesuai waktu setiap hari, begitu pula seorang manusia bisa dikatakan hidup disisi Allah SWT apabila manusia tersebut dapat menerima sinyal – sinyal yang datang. Artinya adalah bahwa ada syarat yang harus dipenuhi apabila kita ingin HP kita tetap On sehingga siap untuk berinetraksi dalam berbagai situasi yang tentunya semua telah direncanakan dan diprogram secara serius. Artinya apa? Ketika manusia beraktifitas dalam rangka memenuhi kebutuhan, maka manusia tersebut belum dikatakan hidup kalau dalam cara pemenuhan kebutuhan tersebut masih saja melanggar aturan aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT .

Lebih jelasnya bahwa manusia yang telah Allah SWT ciptakan dimana telah disiapkan pula rizqinya yang berfungsi sebagai pulsanya, lalu manusia dihidupkan oleh Allah dengan perantaraan adanya ruh , akal dan iman sebagai tenaga penggerak yang secara otomatis dapat kita saksikan bagaimana kemampuan manusia dalam menerima sinyal-sinyal dari Allah, baik dalam bentuk sinyal harian berupa panggilan melaksanakan shalat 5 waktu, kemudian sinyal mingguan berupa pelaksanan shalat jumat serta sinyal tahunan baik berupa pelaksanaan keajiban puasa, zakat baik fitrah maupun mal maupun pelaksanaan ibadah haji bagi yang telah mampu secara lahiriyah dan batiniyah, sehat jasmani dan rohani tentunya.

Oleh karena itu maka tidak lah heran bahwa masih banyak manusia yang tak menanggapi dengan serius akan sinyal;-sinyal yang Allah berikan kepada mereka, nah itulah sebabnya maka banyak SMS SMS *) pen. Firman Allah ) yang Allah SWT kirimkan kepada para makhlukNya yang bernama manusia di muka bumi ini, yang kalau kita cermati bahwa SMS tersebut seakan menyindir secara halus namun tegas antara lain : ” Apakah kamu tidak berfikir ?, Apakah kamu tidak menggunakan akal ?, Apakah kamu tidak merenungkan ? ”. Semua sinyal tersebut diatas mungkin hanya diperhatikan oleh orang yang mau menggunakan akal pikirannya, sehingga apa yang dilakukan senantiasa berdasarkan referensi yang telah Allah SWT jelaskan dalam kitab Nya Al Quranul Karim yang penjelasan nya terdapat dalam Hadist Rasulullah SAW, sehingga perilakunya senantiasa dilandasi dengan akal yang telah bersinergi dengan nilai-nilai iman dan bukan menurut kehendak hawa nafsunya semata.

Kita semua memang menyadari bahwa HP yang kita genggam dan kita kantongi selama ini sebenarnya bisa dikatakan hidup bila cukup pulsa dan charge yang kontinyui setiap hari, oleh karena itu maka manusia pun pada hakekatnya dikatakan hidup apabila didalam kehidupan nya selalu di charge dengan pulsa yang tentunya bukan melalui baterai tetapi melalui satu media yang bernama Zikrullah ( mengingat akan nikmat Allah SWT , dengan merefleksikannya melalui pengamalan ajaran Islam secara kaffah/menyeluruh).

Oleh karena itu harus kita fahami penilaian Allah SWT pada diri manusia tidaklah didasarkan pada penilaian jasadiyah, atau bentuk lahiriyah semata yang berupa suara, kecantikan atau ketampanannya warna kulit dan sebagainya, tetapi Allah SWT hanya menilai bagaimana hati serta amal yang kita kerjakan. Sudah sesuaikah dengan janji – janji yang telah diikrarkan ketika Allah SWT tiupkan ruh di badan menjelang kelahirannya dari alam rahim.

Itulah sebabnya maka panggilan puasa yang kita laksanakan pada setiap bulan Ramadhan adalah salah satu bukti kita menerima sinyal yang Allah kirimkan. Dan sebagai orang yang beriman maka tanpa reserve lalu kitapun melaksanakan sinyal-sinyal yang Allah kirimkan tersebut.
Sebagai analoginya bahwa sebagus dan semodern Apapun HP yag kita miliki dengan warna warni chasing yang menarik, maka apabila tanpa pulsa, tanpa chaerge dsb. Sama halnya benda itu sebagai barang rongsokan, tak punya arti dan makna, sehingga berfungsi sebagai pajangan yang bernilai semu. Begitu pula seganteng dan secantik apapun manusia dengan warna kulit yang sehalus sutra sekalipun , maka kalau sudah tidak punya iman, ilmu dan amal, maka sama halnya, dengan robot berjalan, tak punya rasa, etika malu dsb.

Oleh karena kita kembali kepada SMS-SMS yang Allah kirimkan ( berupa ayat-ayatNya) kepada umat manusia melalui para Rasul-Nya ), maka Apakah kita tidak berfikir, ataukah kita tidak berperasaan ? atau apakah kita tidak mau merenungkan bahwa Allah telah memberi kita rizki berlimpah, baik yang nampak maupun yang tiada nampak oleh mata lalu dicukupi segala kebutuhan tanpa kita meminta, tidakkah manusia merasa bahwa itu semua bukan semata mata ada begitu saja dan gratis dari Allah ? tidak sekali lagi kita harus membayarnya dengan kesyukuran dan ketaatan yang sempurna. Apa yang kita peroleh dari hasil jerih payah kita, maka semua itu adalah ada peran serta takdir Allah SWT. Artinya semua terjadi atas izin Allah SWT, bahkan kalau kita beriman bahwa tidak satu lembar pun daun yang berguguran, maka itu sudah ada dalam catatan di Lauhil Mahfuz.

Mengapa kita begitu antusias ketika dihimbau bahwa orang yang bijak maka ia akan taat pajak, sehingga kita pun dengan daya upaya berusaha untuk tepat waktu melunasi pajak-pajak tersebut ? karena apa ? takut di denda, yah itu sudah pasti. Kemudian mengapa tidak tergetar hati kita ketika mendengar himbauan Allah melalui para mu’azzin memanggil manggil untuk shalat ? lalu kita pun terus asik dengan kesibukan kita masing masing, Apakah karena telinga kita yang tuli saat itu? atau hati kita yang mulai ditutupi oleh karena terlalu cintanya pada harta ? atau takut mendapat kondite jelek oleh atasan karena ingin selalu tampil sempurna dan prima dimata atasan ?.

Oleh karena itu orang yang penuh keimanan dalam dirinya maka ia akan percaya dan yakin bahwa apa yang telah dilakukan manusia, baik atau buruk, akan kembali ke manusia itu juga. Allah tidak akan menzolimi makhlukNya tetapi manusia itu sendirilah yang menzolimi dirinya. Karena itu maka tidaklah kurang sedikitpun kemulyaann Allah SWT meskipun seluruh penduduk bumi dan langit selalu ingkar, dan sebaliknya tidak akan nambahnya kemulyaan Allah SWT apabila manusia dimuka bumi ini semua beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Kita bisa saksikan bagaimana sikap dan prilaku manusia ketika Allah SWT mewajibkan puasa bagi mereka, ada yang gembira dalam menyambut bulan ramadhan ini , namun ada yang bisa-biasa saja seakan tidak ada apa apa di dalam bulan yang Allah SWT janjikan penuh limpahan barkah ini.


Begitupun di akhir ramadhan nanti ada merasa senang dengan berakhirnya ramadhan lalu bergembira dengan hari Raya yang pertanda mereka akan terbebas dari batasan – batasan yang Allah larang untuk dilakukan pada bulan Ramadhan baik makan minum dan sebagainya.

Ada pula yang unik dari sikap sebagian manusia dimana mereka bersedih dengan berakhirnya Ramadhan, mengapa ? karena mereka yang berimana pada Allah SWT dalam beribadah sekakan mereka seperti ikan yang berada di dalam air , begitu tenang damai dan hari-hari nya penuh dengan amaliah dengan penuh kesdaran , ikhlas semata mencari ridho Tuhan, sehingga begitu menginjak syawal mereka senantiasa memperhatikan sinyal yang diberikan oleh Rasulullah SAW. itulah sebabnya maka ketika memasuki bulan Syawal, mereka pun menyambutnya dengan puasa sunah 6 hari yang dilakukannya pada bulan syawal, kemudian selanjutnya diiringi pada bulan berikutnya berupa puasa sunah 3 hari pada pertengahan bulan Hijriyah ( tanggal 13, 14 dan 15 ).

Mereka begitu yakin akan janji Allah bahwa puasa 6 hari di bulan Syawal balasannya seakan akan kita berpuasa setahun penuh. Masya Allah , beruntunglah mereka yang percaya dengan janji Allah yang bersifat rahman rahim maha pengasih tak pilih kasih. Dan janjinya pun mustahil dipungkiri sebagaimana terjadi pada kebanyakan manusia, yang pandai berpura dan berdusta .
Nah, sebenarnya apa yang menyebabkan sebagian besar manusia tak mau memikirkan kehidupan yang akan datang ( Akhirat ). Mungkinkah karena belum meresapnya keyakinan kedalam lubuk hati yang paling dalam, sehingga kita belum meyakini sabda Rasulullah SAW bahwa dunia adalah tempat menanam , dan Akhirat tempat memetik hasil buahnya.

Itulah sebabnya ketika sinyal-sinyal tersebut datang dari Allah SWT, maka apabila charge keimanan kepada Allah telah sempurna / full, maka mereka pun yakin kepada janji dan ancaman Allah SWT yang pasti akan nyata kelak di Yaumil Hisab, dan orang orang yang beriman kepada Allah SWT tentunya selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan tersebut hendaknya membawa kecintaan Allah SWT, bukan malah sebaliknya mengundang kemurkaan Allah SWT.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Ilmu iman amal adalah satu kesatuan yang kokoh yang senantiasa mewarnai perilaku kehidupan kita sehari-hari, sehingga diharapkan kita akan menjadi insan insan yang kamil yaitu manusia yang berpandangan jauh ke depan yang bukan hanya memikirkan kehidupan kini, tapi juga masa yang akan datang , dalam menggapai bahagia di dunia, dan mencari keselamatan di akhirat.

Oleh karena itu dalam bentuk apapun kemajuan kemajuan dari perkembangan ilmu dan teknologi modern dewasa ini maka hendaknya dapat disikapi serta memfilterinya dengan nilai-nailai keimanan dan sikap akhlaq kepada Allah SWT agar terjadi keseimbangan sehingga kita mampu mengambil i’tibar ( pelajaran) dengan sasaran agar kesyukuran , keimanan dan taqwa kita semakin meningkat, dari hari kehari sampai akhir hayat kita, amin ya robbal alamin.

Wasalam,
Jakarta, 30 September 2008


BIODATA PENULIS

Nama : A. Fauzi A. GH
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 8 Desember 1963
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : Staf / Karyawan Dikmenti
Alamat Kantor : Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.40-
41 Setiabudi Jakarta Selatan
Telp. 021-5256193
Alamat Rumah : Jl. Pancoran barat XI.A
RT.011/03 No.32 Kelurahan
Pancoran Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan 12780
Telp. 021-92170496

Minggu, 24 Agustus 2008

Abbasiyah

Pemerintahan ( Daulah ) Abbasiyah yang didirikan pada tahun 132H / 750 M adalah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini merupakan keturunan Abbas, yaitu paman dari Nabi Muhammad SAW. Adapun sistem pemerintahan bersifat Monarchi absolut dalam arti kerajaan yang bersifat turun temurun.

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, luasnya wilayah kekuasaan Islam semakin terus bertambah, seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Al Mahdi tahun 158 s.d. 169 H/ 775 s.d. 785 M dan Abbasiyah berhasil memperluas kekuasaan dan memasuki selat Bosporus, sehingga membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji mau membayar upeti.

Adapun wilayah kekuasaan Abbasiyah ini meliputi wilayah yang pernah dikuasai Bani Umayyah sebelumnya anatara lain ; Hijaz, Yaman Utara dan Yaman Selatan, Oman, Quwait, Irak, Iran ( Persia), Yorania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al Azhar, Maroko, Spanyol , Afgganistan dan Pakistan, kemudian penyiaran Islam semakin berkembang meliputi daerah Turki, wilayah Armenia dan daerah sekitrar laut Kaspia ( yang sekarang termasuk wilayah Rusia ) , kemudian wilayah bagian Barat India dan Asia Tengah serta wilayah perbatasan Cina sebelah Barat.

Pemerintahan Abbasiyah cukup kuat dalam mempertahankan wilayah, hal ini terbukti Abbasiyah berhasil menangkis serangan oleh Penguasa Byzantium pada masa peerintahan Khalifah Al Mansur tahun 138 H.

Selanjutnya secara singkat pemakalah akan menguraikan tentang Kelahiran Abbasiyah, sistem politik, kemajuan peradaban yang telah dicapai serta beberapa penyebab kemundurannya pada bab berikut.



DAULAH ( PEMERINTAHAN ) ABBASIYAH

I. Kelahiran Abbasiyah

Pemerintahan Abbasiyah didirikan pada 132 H. Dalam tempo yang cukup lama Abbasiyah berkuasa yaitu selama lebih kurang 524 tahun sejak kelahirannya pada tahun 132 H s.d. 656 H bertepatan dengan tahun 750 M s.d. 1258 M.

Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa pendiri dari Dinasti Abbasiyah adalah keturunan saidina Abbas, paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah as Saffah bin Muhamamad bin Ali bin Abdullah bin Al Abbas. Pada awal kelahiran pemerintahan Abbasiyah ini dianggap merupakan suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan Bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW yaitu agar jabatan khalifah diserahkan kepada keluarga Rasulullah SAW dan sanak saudaranya. Namun idea ini dikalahkan di zaman permulaan Islam diamana pemerintahan Islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu milik seluruh kaum Muslimin pada umumnya, dan mereka berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka untuk menjadi klhalifah setelah tentunya mendapat dukungan oleh masyarakat muslim yang berlandaskan musyawarah. Tetapi orang-orang Parsi masih berpegang pada prinsip bahwa hak ketuhanan yang suci secara turun temurun, terus menyebarkan prinsip tersebut sehingga mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke tampuk pemerintahan.[1]

II. Kedudukan Khalifah

Pemerintahan Ababasiyah berbentuk Dinasti atau kerajaan yang dipimpin oleh seorang pimpinan yang disebut Khalifah. Adapun pemerintahannya berdasarkan Ajaran Islam yang bersifat Monarchi Absolut. Artinya bahwa Khalifah tersebut merupakan pimpinan tertinggi yang mengatur jalannya pemerintahan.

Pada masa pemerintahan Ja’far Al Mansur Pengertian Khalifah berubah, beliau berkata : ” Innamaa ana Sulthana Allah fil ardhihi ”, artinya ” Sesungguhnya Saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi – Nya ”, dan dengan demikian konsep khilapah dalam pandangan beliau berlanjut ke generasi sesudahnya yang merupakan mandat dari Allah SWT, bukan dari manusia, dan bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa Khulafaurrosyidin. Disamping itu Khalifah Abbasiyah memakai ”gelar tahta ”, seperti Khalifah Al Mansur, Ja’far dan seterusnya memakai ”gelar tahta ”. Artinya bahwa gelar tahta pada waktu itu lebih populer dari nama Khalifah itu sendiri.

III. Sistim Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara

Dinasti Abbasiyah dalam perjalanan pemerintahannya dapat dikatakan telah mampu mengembangkan dan memajukan peradaban Islam, sehingga Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya dalam tempo yang cukup lama. Hal ini tentunya tidak terlepas dari sepak terjang, Kebijakan serta Sistem politik dalam mengatur berbagai persoalan yang dilaksanakan oleh para penguasanya pada saat itu.

Ada beberapa perbedaan dalam sikap dan sistem politik yang dijalankan Dinasti Abbasiyah dengan Dinasti Bani Umayah, antara lain sebagai beriktu :

1. Dinasti Umayyah sangat bersifat Fanatisme Arabiyah ( Arab Oriented ), artinya dalam berbagai hal dan bidang, maka pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan pada masa kekuasaan dinasti ini.

2. Dinasti Abbasiyah bersifat terbuka dan Demokratis artinya meskipun tampuk pimpinan pemerintahan di tangan Arab, namun sifat pemerintahannya tidak lagi dominan artinya ada banyak pengaruh dalam beberapa bidang corak pemikiran yang bercampur peradaban Persia,Romawi, Mesir dan sebagainya, begitu pula pejabatnya tidak saja berasal dari keturunan Arab murni, akibatnya banyak jabatan jabatan penting diduduki oleh mereka yang berasal dari daerah selain bangsa Arab murni. Cara seperti ini dimaksudkan oleh para penguasa Abasiyah pada waktu itu yaitu agar dapat melakukan hubungan dengan wakil-wakilnya yang berada jauh dari pusat pemerintahan di Bagdad terutama dalam menjalankan kebijaksanaan pusat dalam pembangunan Daerah.

Perlu diketahui bahwa dalam perjalanan Dinasti Abbasiyah tentunya ada zaman kemajuan dan kemundurannya, Oleh karena akan dijelaskan pada Penutup makalah ini dimana hal tersebut disebabkan beberapa faktor yang menjadi penyebabnya

IV. Priode Keukasaan pada zaman Dinasti Abbasiyah

Menurut para ahli Sejarah bahwa dalam termpo 524 tahun Abbasiyah berkuasa, hal ini dapat dibagi menjadi priode kekuasaan pemerintahan yang dimana masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Adapun priode dimaksud adalah : [2]

  1. Priode pertama ( 132 - 232 H / 750 – 847 M )

Kekuasaan pada priode ini berada di tangan para Khalifah di seluruh kerajaan Islam kecuali di Andalusia. Para Khalifah di zaman tersebut merupakan pahlawan – pahlawan yang memimpin angkatan tentara dalam mengarungi peperangan. Kebanyakan mereka adalah para ulama yang mengeluarkan fatwa dan berijtihad, cinta ilmu, hubungan yang erat dengan kaum keluarga serta kemampuan mereka berpidato yang mampu membakar semangat jihad umat pada saat itu.

Pada priode ini disebut pula Priode pengaruh Persia pertama, dan priode ini dikenal sebagai abad keemasan Islam ( The Golden Age of Islam ) salah satu cirinya dalah bahwa pada priode tersebut merupakan perkembangan pengetahuan dan peradaban Islam yang sangat pesat

Adapun dasar-dasar pemerintahan Daulat Abbasiyah telah dicanangkan dan dibangun oleh Abu Al-Abbas As-Saffah ( 750 – 754 M) ) dan Abu Ja’far Al-Manshur ( 754 – 775 M ) . Selanjutnya masa keemasan dari Dinasti ini diteruskan pada 7 (tujuh) Khalifah berikut sejak tahun 775 s.d. 847 M antara lain yang dipimpin oleh Khalifah Al-Mahdi , Al -Hadi , Harun Al-Rasyid , Al Amin, Al-Ma’mun , Al-Mu’tashim dan Khalifah Al – Watsiq.

  1. Priode Kedua ( 232 - 334 H / 847 – 945 M )

Pada priode ini disebut masa Pengaruh Turki Pertama, karena kekuasaan para Khalifah banyak dipengaruhi oleh orang – orang Turki dan dapat diartikan bahwa kekuasaan pada priode ini hilang dari tangan para Khalifah, artinya berpindah dari para Khalifah kepada golongan kaum Kaum Turki ( 232 H s.d. 334 H ), kecuali semasa timbul kesadaran dimana puncak pemerintahan di tangan Al Mu’tamid menjadi Khalifah ( 256 H s.d. 279 H ), kemudian Al Mu’tadhid bin Al Muwaffaq ( 279 s.d. 289 H ).

Khalifah yang berkuasa pada priode kedua ini antara lain ; Al Mutawakkil, Al Muntasir, Al Mustain, Al Mu’taz, Al Muhtadi, Al Mu’tamid, Al Mu’tadid, Al Muktafi, Al Muqtadir, Al Qahir, Ar Radi, Al Muttaqi dan Al Mustakfi.

  1. Priode Ketiga ( 334- 467 H / 945 – 1075 M )

Pada priode ini disebut pula Priode pengaruh Persia Kedua. Pda masa ini keluarga Bani Buwaih menjadi orang kepercayaan Khalifah, dan mereka bahkan mempunyai kekuasaan sebagaimana Khalifah. Misalnya Ahmad bin Buwaih diangkat oleh Khalifah Al Mustakfi sebagai Amirul Umara dengan gelar Muizzuddaulah. Ali bin Buwaih diangkat menjadi penguasa Fars dengan gelar Imaduddaulah. Hasan bin Buwaih diberi kekuasaan di Isfahan dengan gelar Ruknuddaulah.

  1. Priode Keempat ( 467- 555 H / 1075 – 1160 M )

Pada priode ini disebut masa Pengaruh Turki Kedua. Dan kekuasaan Abbasiyah pada priode ini di bawah kendali Bani Saljuk, yaitu antara lain Bani Saljuk Syiria, Bani Saljuk Irak dan Bani Saljuk Kurdistan. Ketiganya secara bersama-sama mengendalikan para Khalifah. Pada priode inilah mulai terjadi peragn Salib ( antara Umat Islam dengan kaum Nasrani/ Barat).

  1. Priode Kelima ( 555- 656 H / 1160 - 1258 M )

Kekuasaan pada priode ini kembali di tangan para Khalifah, dan khalifah bebas dari pengaruh Dinasti lain, tetapi kekuasaannya effektif hanya di sekitar kawasan kota Baghdad saja.

Pada periode ketiga inilah kemunduran mulai terlihat dikarenakan kerajaan Abbasiyah nampak terpecah antara lain dengan hadirnya Bani Buwaih, Bani Saljuk serta Dinasti Khawarizmi yang senantiasa mengintervensi dan merongrong Dinasti Abbasiyah sehingga pemerintahan Islam pada saat itu tidak lagi berada pada satu komando dan tak ada lagi kewibawaan Dinasti yang utuh dan mampu mempersatukan.

Itulah sebabnya maka Khalifah yang menjadi penguasa pada waktu itu mengumumkan kedaulatannya di kawasan kecil (Baghdad ) bersama keluarganya, sehingga menjadikan suatu kesempatan bagi tentara Mongol dari Kaum Tartar yang dipimpin Hulako datang menyerang dan memusnahkan kota Baghdad bersama Khalifahnya.

Saat itu terjadi pembunuhan besar-besaran dan terjadi banjir darah dan tidak hanya itu, khazanah ilmu pengetahuan dan peradaban Bagdad pun dibumi hanguskan oleh tentara Mongol.

Dengan demikian maka tamatlah riwayat pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H ( 1258 M).

V. Hasil Peradaban yang dihasilkan Dinasti Abbasiyah

Kemajuan dan hasil peradaban yang dicapai pada masa Abbasiyah diantaranya yaitu :

  • Bidang Ekonomi, Sosial dan Kesehatan

Pada masa Al-Mahdi dimana perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasilpertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu perdagangan transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah pada saat itu menjadi pelabuhan yang penting.

Kemudian popularitas Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman kalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social di samping itu tempat pemandian umum dibangun, Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.

Tingkat kemakmuran tertinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetauan, dan kebudayaan serta kesusasteraanberada pada zaman keemasannya.

  • Bidang Ilmu Pengetahuan

Pada masa Al-Ma’mun (813 - 833 M), pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjamahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karyanya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dani lmu pengetahuan.

Berkembangnya ilmu pengetahuan yang merupakan hasil peradaban yang sangat populer yang terjadi zaman Abbasiyah, tidak terjadi dengan begitu mudahnya tetapi semua itu diawali dengan Pembinaan Keimanan Mental dan Akhlaq sebelum dilakukan pengembangan serta penerapan serta penguasaan Ilmu Pengetahuan secara profesioanal dalam bidang bidang lain yang lain, sehingga faktor keimanan dan akhlaq benar benar menjiwai para ilmuwan pada waktu itu yang karyanya sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh generasi saat ini dan perlu diketahui bahwa Mesjid pada waktu itu sebagai pusat aktifitas dan bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual semata.

Tingkat Pendidikan yang dibentuk pada saat itu antara lain :

a. Tingkat Maktab/Kuttab , yaitu lembaga pendidikan Dasar, tempat anak - anak mengenal dasar - dasar bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat para remaja belajar dasar - dasar ilmu agama, seperti: tafsir, hadis, fiqih, dan bahasa.

b. Tingkat Lanjutan / Pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing - masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu - ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid - masjid atau di rumah - rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.

Selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri maka pada zaman Abbasiyah digalakkan dengan pembentukan Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Adapun Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat berbagai kitab dalam berbagai bahasan , di sana juga terdapat bermacam aktifitas baik membaca, menulis, dan berdiskusi.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan harus ditunjang oleh Perpustakaan yang memadai dan hal ini sangat ditentukan oleh pengembangan bahasa Arab itu sendiri yang pada saat itu bukan hanya sebagai hahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, namun juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

  • Bidang Keamanan dan Ketentaraan

Al-Mu’tashim, Khalifah pada tahun (833-842 M),memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulat Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan system ketentaraan mengingat saat itu praktik orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi para prajurit professional. Dengan demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.

Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antarbangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

Dari sekilas gambaran di atas terlihat bahwa, Dinasti Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.

C. Sistem Pemerintahan

Gambaran mengenai sistem pemerintahan yang dilakukan oleh Dinasti Bani Abbas , antara lain :

  • Sistem Demokrasi dan Non Oriented Arabian

Dengan berpindahnya ibu kota ke Bagdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari

pengaruh Arab, sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada bangsa Arab. Dalam periode pertama dan ketiga, pemerintahan Abbasiyah mempunyai pengaruh kebudayaan Persia yang sangat kuat dan pada periode kedua dan keempat, bangsa Turki sangat dominan dalampolitik dan pemerintahan dinasti ini.

· Pembentukan Departemen-Departemen yang dipimpin oleh Menteri-Menteri

Dalam penyelenggaraan Negara,pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala Departemen.

· Sistem Pertahanan dan Keamanan Profesioanl

Ketentaraan professional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya tidak ada tentara khusus yang professional, meskipun ada sisi baik dan buruknya. Sebagaimana diuraikan di atas, puncak penkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam.

D. Faktor Penyebab terjadi Kemajuan dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah

· faktor penyebab Kemajuan peradaban Dinasti Abbasiyah :

Faktor penyebab kemajuan kemajuan yang dicapai oleh Dinansti Abbasiyah, tidak terlepas dari aktifitas-aktifitas antara lain :

1. Terjadinya asimilasi secara efektif dan bernilai guna antara bangsa Arab dengan bangsa - bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam.. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sangat kuat sekali di bidang pemerintahan dan di samping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India, terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan, pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.

2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Al Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah A1-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas sehingga bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

3. Pengaruh dan kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama.

Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, metode pertama, tafsir bi al-ma’tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dan nabi dan para sahabat. Kedua, Tafsir bi al-ra ‘yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bentumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat

Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra’yi (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqih dan terutama dalam ilmu teologi. dimana perkembangan logika di kalangan umat Islam dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan tersebut.

Perkembangan Mazhab dan Teologi

Termasuk pula pendapat-pendapat hukum Imam-imam mazhab yang sempat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah misalnya pada tahun (700-767 M) pendapatnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah - tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada hadis. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, yang menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Al-Rasyid.

Berbeda dengan Imam Malik (713 - 795 M) banyak menggunakan hadis dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi’i (767 - 820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780 - 855 M).

Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhabnya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murjiah, dan Mu’tazilah. Akan tetapi, perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.

Tokoh perumus pemikiran Mu’tazilah yang terbesar adalah Abu Al-Huzail Al-Allaf (135-235 H/752-849 M) dan Al-Nazzam (185-221 H/801-835 M). Asy’ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy’ari sebelumnya adalah pengikut Mu’ta zilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan hadis, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga, memudahkan para pencari dan penulis hadis bekerja.

Pengaruh Gerakan Terjemahan

Pengaruh gerakan tenjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah. Dalam lapangan astronomi tenkenal Al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama Al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh partama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof, berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di antara karyanya adalah al-Qanun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.

Dalam bidang optika Abu Ali Al-Hasan ibn Al-Haythami yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa, mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya - yang kemudian terbuktj kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa Al - Khawarizmj, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqabalah Dalam bidang sejarah terkenal nama Al-Mas’udi Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Di antara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma ‘adin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain Al Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal di antaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.

· faktor penyebab Kehancuran peradaban Dinasti Abbasiyah :

Melihat kenyataan ini bahwa dalam perjalanan sejarah Abbasiyah zaman kemajuan dicapai pada masa masa pemerintahan pada Priode pertama dengan segala hasil peradaban yang telah dicapai . Namun sayang setelah setelah priode pertama berakhir dapat kita saksikan terjadi zaman kemunduran yaitu pada priode ketiga dan seterusnya, dimana hal tersebut terjadi tentunya disebabkan beberapa hal yang menjadi faktor penyebabnya dan tentu dapat kita jadikan evaluasi bahwa memang mudah mencapai kemajuan namun begitu sulit mempertahankannya karena disana terjadi banyak hal yang perlu direnungkan antara lain :

· Tidak lagi berada pada satu komando dan lunturnya kewibawaan sang pemimpin ( khalifah ).

· Tidak terbentuknya persatuan yang diikat oleh ikatan yang kokoh berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah sehingga terjadi saling menonjolkan berbagai kepentingan masing-masing serta kekuasaan sehingga terbentuknya kerajaan masing-masing, sehingga terpencarnya pusat pusat kekuasaan Islam.

· Merasa puas dengan keberhasilan yang dicapai sehingga sebagian besar penguasa yang telah ah berada dipuncak kekuasaan mulai melupakan prinsip yang sangat penting dalam kepeimpinan antara lain keadilan dan sebagainya.

· Kurang nya sikap waspada terhdap kekuatan kekuatan yang siap merobohkan dan menghancurkan baik yang berada dalam maupun yang berada di luar kekuasaan sang Khalifah.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al Husna, Cet.1, 1993,

[1] Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, Grafindo Persada Cet.I, 2008



[1] Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 3, Pustaka Al Husna, Cet.1, 1993, hal.1

[2] Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, Grafindo Persada Cet.I, 2008 hal. 51

Sabtu, 02 Agustus 2008

Kesan Pesa Sang adik kelas

Kakak kelas yang terhormat,

Mengiringi hari kebahagiaanmu ini
Atas keberhasilanmu
Dalam meniti hari demi hari
Menuntut ilmu di sekolah kita ini

Tiada kata yang dapat ku ungkap
Tiada kesan yang dapat ku tulis
Kecuali rasa syukur kita pada Allah
Untuk keberhasilan kita semua
Dan manusia hanya berikhtiar dan berdoa
Hanya Allah lah yang kuasa
Menentukan segala irodatNYa

Kakak-kakaku
Tiada yang dapat diharap dan didamba
Oleh para Ayah, bunda kita tercinta
Yang hadir bersama kita pada saat ini.....
Kecuali kehadiran anak anak sholeh sholeha
Hingga impian mereka pun jadi kenyataan
Kehidupan bahagia dunia akhirat
dengan tebaran kasih dan sayang
sepanjang hidup yang kita lalui

yaitu terciptanya kasih dan sayang untuk semua
antara keluarga, Antara ayah dan bunda, adik dan kakak,
Antara Guru dan muridnya
Hingga hilanglah kekerasan
Timbullah kedamaian antara kita semua


Namun .......................
semua perhatian , cinta dan kasih sayang
yang kita berikan pada siapapun
Tak kan boleh melebihi cinta kita pada Dia
Pada Allah , Tuhan Yang Esa dengan para Rasul - NYa
Dan sang penutup Nubuwah, Khotamun Nabiyyin
Muhammad bin Abdillah, Muhammad SAW
Dialah teladan kita semua .............
Dialah Idola kita semua ..................
Bukan siapa-siapa.....................

Kakak – kakakku .......................
Tiada yang diharap dan didamba
Oleh para Bapak dan Ibu Guru kita tercinta
Kecuali kelak kan hadir sebuah generasi
Diantara kita yang ada
Yang Mampu meneruskan cita-cita mereka

Bukan hanya kecerdasan, dan bukan pula hanya kepandaian
Dengan setumpuk pujian pujian
Diatas lembaran lembaran kertas penghargaan
Namun mereka mendambakan generasi yang Santun,
mandiri, dan sadar akan tanggung jawab

Sebagai anak dari para orang tua ,
sebagai murid dari para Guru
sebagai warga dari masyarakat bangsa dan Negara
dan ....................
sebagai umat yang beragama

Mereka mendambakan kita
Sebagai generasi generasi yang berakhlaq pada sesama
Berimana bertaqa pada Tuhannya
Dia lah Allah Tuhan Yang Esa
Perkasa, adil dan bijaksana

Kakak kakakku .....................
Kuacung kan salut atas segenap jerihmu
Kuucapkan selamat atas sebuah prestasi mu
Yang kan mengantarkan mu
Ke depan pintu gerbang cita cita .....

Tataplah ke depan
Bahwa perjuangan mu
Dan perjuangan kita belum berakhir ................
Belum selesai, …… belum apa-apa ........................
masih ada satu gerbang yang mesti dilewati
Dan dia adalah cita cita yang akan kita raih .....

Teruskan langkah langkah mu nan pasti
Jangan kau berhenti , atau kau balikkan badan mu
Majulah ke depan, sedikitpun jangan kau ragu
Kita bukan lagi pemuda pemudi cengeng
Manja dan lemah tiada daya
Dalam menghadapi arus pergaulan modern
Yang semakin lepas dari tali kendali

Kita adalah pemuda pemudi
Yang tak kan pernah mau
Menjadi budak budak miras, narkoba
Sex bebas dan ekstasi


Namun kita adalah generasi robbani
Yang Peduli umat, cinta tanah tumpah darah
Tegas menegakkan yang haq
Menumbangkan kebathilan
Mulai dari diri kita
dari kawan dan keluarga
Umat dan bangsa kita semua

Harumkan nama dan cita sekolah kita
Hiasi dri dengan akhlaq mulia
Hingga membuat mereka tersenyum dan bangga
Menatap kita semua
Sebagai generasi yang diharapkan
Dan mampu meneruskan cita cita mereka











Kakak kakakku ..........
semangatmu yang tak pernah luntur
kegigihanmu yang tak pernah goyah
Bersama tetesan keringat yang tak pernah berhenti mengalir
Adalah saksi yang tak mungkin terlupakan
Sebagai generasi yang pantang menyerah
Menyerah pada keadaan
Menyerah pada pergaulan bebas
Menyerah pda hawa nafsu yang menjerumuskan
Menghancur kan masa depan kita

Keberhasilan kita pada hari ini
Tidak lah terlepas dari peran serta
Dari Seorang yang kita cintai
Dialah para Ayah dan Ibu kita
Para Bapak dan Guru kita
Mereka semua adalah panutan dan teladan kita ,
Semoga Allah mengampuni mereka
Membalas segala jerih payah
Membimbing kita semua, Amin



Jakarta 22 Juni 2008

A.fauzi A.GH

ARTI SEBUAH PERTANGGUNG JAWABAN


Istilah pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab. Kata ini sering kita temui pada setiap perkumpulan atau organisasi dimana bagi mereka yg mendapat kepercayaan dari orgaisasi atau institusi tertentu yang mempercayakan kepadanya untuk melaksanakan program yang harus dilaksanakan dengan target yang telah ditentukan.

Pada setiap akhir tahun terhadap mereka yang mendapat kepercayaan tetntunya harus membuat suatu pertanggung jawaban terhdap pekerjaan / proyek yang telah dilaksanakan. Berapa anggaran yang telah diberikan dan sejauh mana penggunaan anggaran itu dimanfaatkan pada hal-hal yang relevan sesuai rencana yang telah dibuat dan dipresentasikan.

Untuk kepentingan hal tersebut biasanya para pelaksana kegiatan harus mempersiapkan serta menyajikan pertanggung jawaban untuk diperlihatkan kepada pimpinan, atau kepada suatu badan pemeriksa yang berwenang mengaudit mengenai relevansi anggaran yang ada dengan pelaksanaan di lapangan, bermacam bentuk laporan pun dibuat baik dalam bentuk neraca keuangan , grafik perkembangan yang dicapai dan sebagainya.
Namun pada intinya bahwa apa yang dilaksanakan maka itulah yang harus dipertanggung jawabkan tidak dikurangi atau dilebihkan, apa adanya. Apabila antara pelaksanaan kegiatan dilapangan dengan bukti – bukti pengeluaran dan pemasukan telah jelas dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya, maka mereka patut mendapat nilai kinerja yang baik, dimana tentu untuk masa yang akan datang akan lebih baik ditingkatkan lagi dan seterusnya, dan dengan sendirinya kepercayaan itupun akan terus berlanjut sesuai aturan yang berlaku.

Bagi mereka yang kebetulan mendapat kepercayaan mengelola suatu kegiatan, baik pimpinan proyek, sekretaris, bendahara, anggota dan sebagainya, maka ada saja kemungkinan mereka dalam melaksanakan amanat tersebut salah satunya melakukan penyimpangan-penyimpangan diakibatkan karena kurang pengetahuan, apakah dilakukan karena tidak mengetahui aturan atau karena mentalitas yang kerdil sehingga dilakukannya karena faktor kesengajaan, maka sudah barang tentu mereka akan menghadapi suatu institusi yang namaya lembaga Pemeriksa , yaitu suatu badan otonom yang mempunyai kewenangan memonitor sekaligus memeriksa tentang pelaksanaan kegiatan, apakah ada relevansi antara anggaran yang ada dengan pelaksanaan di lapangan, baik menyangkut pengeluaran, atau hal hal lain yang menyangkut hak dan kewajiban sebagai pelaksana kegiatan, maka itu semua harus dipertanggung jawabkan. Bila terjadi pengeluaran maka jelas pengeluaran itu ada kaitannya dengan kegiatan dan bila terjadi sisa dana maka tentunya hal itu harus dikembalikan ke kas instansi yang menjadi kewenangannya.

Sebagai insan biasa maka wajar bila ada rasa takut manakala menghadapi yang namanya Pemeriksa, namun kenapa mesti takut ? kalau memang kita benar-benar tidak melakukan kesalahan ? tetapi apabila kita yakin itu kesalahan yang kita perbuat, maka kenapa mesti cuci tangan atau cari kambing hitam agar dapat lari dari kenyataan ? Jadilah diri kita sendiri yang berani karena benar dan takut karena salah. Memang manusia tempat salah dan dosa namun manusia yang baik adalah bukanlah manusia yang tak pernah melakukan kesalahan tetapi pada hakekatnya orang yang baik adalah mereka yang melakukan kesalahan lalu ia mau dengan ikhlas mengakui kesalahan serta mempertanggung jawabkan dihadapan hukum kemudian bertobat dengan sebenar-benarnya taubat kepada Allah SWT. Ada satu hal yang menjadi dilema yaitu apabila kesalahan dilakukan karena factor tidak tahu akan suatu aturan, dimana yang bersangkutan sudah berusaha maksimal untuk mengetahui aturan tersebut , namun ada segelintir oknum diantara mereka yang telah mengetahui aturan tersebut malah menyembunyikan akan apa yang telah diketahuinya tersebut karena factor sentiment dan sebagainya, sehingga kawannya pun akhirnya terjerembab dalam suatu kesalahan yang seakan akan disengaja, sehingga timbul suatu kesan kenapa aturan sudah ada lalu dilanggar juga ? artinya yang tidak tahu sudah bertanya, tapi yang sudah tahu malah menyembunyikan dan mendiamkan atau membiarkan saudaranya yang tidak tahu tersebut terpelanting dlam jurang keaiban.

Hal tersebut di atas dapat saja terjadi dikarenakan kemungkinan mereka mencari kesempatan dalam kesempitan, yang ujung-ujungnya adalah demi mendapatkan materi atau tercapainya ego pribadi yang selanjutnya iapun tampil sebagai dewa penolong. Syukur kalau kehadiran sang dewa penolong ini berangkat dari niat yang ikhlash dalam rangka meluruskan kesalahan yang terjadi, tetapi lain halnya kalau semua dilakukan ada unsur rekayasa dan demi mendapatkan nama baik dan materi dengan jalan mencelakakan kawan sendiri. Inilah yang dinamakan menari di atas duka.

Begitu pula bagi mereka yang mendapat wewenang tugas sebagai Badan Pengaudit, Nah mereka pun sama seperti yang lainnya sebagai manusia biasa dimana kesalahan relative bisa saja terjadi pada siapa saja siapa pun orangnya Pejabatkah, staf atau pesuruh sekalipun, maka bukan tidak mungkin mereka pun mendapat ujian apakah mampu konsis dengan tugas walaupun ada peluang untuk melakukan hal yang tidak layak. Itulah sebabnya dijelaskan dalam firman Allah SWT bahwa : “ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga dengan begitu saja ? tanpa di uji ? “. Nah boleh jadi suatu waktu Badan Pengaudit malah di periksa atau bisa pula sang Polisi menjadi terdakwa. Apa arti ini semua ? Itulah akibat karena kita ke luar dari aturan yang telah dibuat, atau dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi bila kereta yang sedang meluncur cepat lalu tiba-tiba keluar dari relnya.

Dalam suatu hadits Rasul terakhir , Penutup para Nabi yaitu Muhammad SAW bersabda bahwa “ Iman seseorang itu akan selalu berubah, kadang meningkat dan kadang menurun “. Yang menjadi pertanyaan apa hubungan perbuatan manusia dengan nilai keimanan ini ? Bagaimana langkah yang harus ditempuh agar keimanan itu tetap stabil bahkan semakin meningkat ?. dan ternyata factor keimanan, lingkungan, pengetahuan serta kesadaran merupakan factor penyebab terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh seorang manusia. Dan semua pelanggaran itu terjadi karena satu hal yang telah ratusan tahun yang lalu telah diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW bahwa ; ujian yang paling berat bagi umatku adalah materi.


Oleh karena itu apabila manusia yang hidupnya tanpa nilai keimanan dan akhlaq kepada Allah SWT maka bukan tidak musthil mereka dengan sengaja melakukan kesalahan atau lebih-lebih melakukan fitnah, rekayasa dan sebagainya demi menjatuhkan kawan atau lawan yang menjadi saingannya, yang dalam istilah SMS Senang Melihat keSusahan orang lain atau Senang Melihat kawan Susah dan sebagainya.

Kalau sudah demikian keadaanya, maka inilah sebenarnya tanda kematian seorang manusia, Artinya manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan rokhani maka ketika nilai rohaninya ( keimanannya ) tidak berfungsi maka ia diibaratkan telah mati hati , mati iman, dan bagai robot berjalan , dimana ia akan menabrak sana menabrik sini, artinya tidak lagi mereka melihat aturan itu aturan ini, perintah itu larangan ini.
Keadaan demikian tentunya tidak mungkin terjadi bagi mereka yang memegang Islam sebagai aturan yang melekat bukan sebagai identitas formal atau symbol dan sebagaimanya. Islam adalah agama yang murni diturunkan oleh Allah SWT untuk keselamatan manusia, agama yang dibawa oleh seorang yang ummi yang mendapat julukan “Al Amin“ yang bernama Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthalib sebagai penutup dari para Nabi yang diutus oleh Allah SWT sejak dari nabi Adam AS. Islam merupakan agama yang diamantkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang mengajarkan kedamamaian, kasih sayang, kejujuran, disiplin dan kerja keras dan Islam merupakan agama untuk umat seluruh dunia secara universal rahmatan lil alaminn yang memperhatikan dua dimensi kehidupan, masa kini, dan akan datang , lahir dan batin, dunia dan Akhirat.

Kembali kepada masalah tanggung jawab maka pengertian tanggung jawab dalam hal ini bahwa seorang harus mempertanggung jawabkan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, baik yang menyangkut hak maupun kewajiban yang harus dipenuhinya.

Beberapa abad silam Allah SWT telah menjelaskan di dalam Kitab Al Quran. Manusia yang diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk sebaik rupa dengan dilengkapi akal pikiran yang sempurna dibanding makhluk lainnya dengan dilengkapi akal pikiran sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Firman Allah SWt dalam surat Al Ashr : “ Demi masa, Sesungguhnya manusia dalam merugi, Kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh, Dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran “ dan Surat Az Zazalah : “ Barangsiapa yang beramal baik maka ia akan mendapatkan kebaikan itu dan begitupula sebaliknya bila mereka beramal jahat maka mereka akan mendapatkan kejahatan itu “.

Dari firman Allah SWT diatas maka hal ini merupakan isyarat bahwa manusia sebagai makhluk Allah SWT juga mempunyai tanggung jawab kepada Allah SWT sebagai Zat yang mempercayakan makhluk manusia tersebut sebagai khalifah di muka bumi.
Banyak sudah nikmat Allah SWt yang telah diberikan kepada manusia dan hal itu merupakan asset ( modal ) yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, baik asset yang nampak maupun yang tak nampak ( atau istilah dalam akunting asset bergerak dan tak bergerak ).
Asset yang nampak yaitu Jasad kita, raga kita, badan kita yang telah diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk rupa yang sangat sempurna

Kemudian Allah SWT pun melengkapi manusia dengan asset yang tidak nampak berupa akal pikiran yang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai pembeda mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Mana pergaulan yang baik mana pergaulan yang buruk, mana ketentuan / aturan Allah dan Rasulullah SAW dan mana ketentuan / aturan yang dibuat oleh manusia, dimana semua aturan yang dibuat oleh manusia harus mengacu pada aturan yang dibuat oleh Allah SWT antara lain adanya keadilan, kejujuran, ketegasan, untuk umat seluruh ala mini tanpa pilah pilih. Itu semua akan dipertanyakan oleh Allah SWT dalam bentuk pertanggung jawaban atas asset yang telah Allah SWt berikan kepada para makhlukNya.

Begitupun peristiwa di alam dunia sekarang ini suatu hal yang sering kita temui dimana pada setiap akhir tahun, biasanya mereka yang telah mendapat amanah untuk melakasanakan proyek pekerjaan tertentu yang dipercayakan kepadanya selanjutnya ia akan mengadakan tutup buku yang terpampang dalam bentuk laporan keuangan sebagai pertanggun jawaban yang dilengkapi berbagai bukti fisik yang sah guna menguatkan laporan tersebut.

Nah kembali kepada apa yang telah Allah SWT berikan kepada manusia yang berupa Asset dalam bentuk Jasad, badan dan ruh kita, maka selamanya tidak ada suatupun yang Allah SWt ciptakan di muka bumi dalam kesia-siaan, dan semua itu akan dipertanyakan oleh Allah SWT. Artinya manusia harus bertanggung jawab atas nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik yangmerupakan asset yang nampak oleh mata mapun yang tak nampak oleh penglihatan kita.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam QS. Yasin (36) : ayat 65

65. Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.


Kemudian dalam surat lain Allah SWT berfirman yaitu QS. An Nur (24) : 24-25

24. Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
25. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).

Kalau saja manusia mau menggunakan akal pikiran nya yang sehat serta keimanan kepada Allah SWT secara sempurna, maka tidak ada yang mustahil terhadap suatu peristiwa yang terjadi di alam ini. Dan semua terjadi sesuai kodrat ketentuan Allah SWT yang tentunya harus diterima dengan dua jalan pula yaitu secara akal dan secara keimanan ( aqli dan naqli )

Oleh karena itu jangan heran seorang bisa masuk penjara karena suatu kesalahan, atau karena menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan, baik hal itu dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Dan dalam surat Attin dikatakan oleh Allah SWT bahwa manusia yang telah diciptakan sebaik rupa dan sebagainya maka mereka akan jatuh ke jurang kehinaan yaitu apabila mereka tidak beriman kepada Allah SWT. dan beramal baik

5. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Memang dalam menjalani kehidupan ini sering pula kita saksikan yang mungkin saja terjadi hal hal yang masuk akal dan hal yang tidak masuk akal. Seorang akan berkata bahwa tidak masuk akal bahwa orang dipenjara padahal tidak bersalah, atau seorang bebas berkeliaran padahal seharusnya ia berada dalam penjara dan sebagainya. Atau tidak masuk akal kenapa kok orang yang rajin ibadah tetap miskin, tetapi orang yang tidak doyan ibadah tapi kehidupannya kaya selalu terpenuhi kehidupan duniawinya. Atau kita mungkin heran seorang yang alim jujur serta konsekwen dengan ajaran Agamanya malah senang berada dalam penjara daripada dia harus bersikap munafik, fasik atau dari pada dia harus mengorbankan orang lain yang tak bersalah, sehingga dia berpendapat lebih baik berada di penjara dalam dunia dari pada di Akhirat mendapat murka Allah SWT. yang kepedihan siksaan-NYA sangat kekal yang tiada tara bandingannya. Oleh karena itu bila keyakinan iman telah menyatu dalam diri kita maka yang terjadi di dunia ini diyakininya bahwa semua terjadi atas kehendak Allah SWT, dimana manusia hanya berikhtiar dan berdoa secara mudawamah ( terus menerus ) dengan senantiasa memelihara sikap tolong menolong dalam kebenaran dan taqwa kepada Allah SWT, dan semua dilakukan sampai manusia menemui ajalnya.

Itulah sebabnya maka peran akal dan iman harus tetap bersinergi, saling mengisi satu sama lainnya, dimana keduanya harus berjalan bersama , dan tidak dapat dipisahkan, sehingga apapun amanah yang kita emban dan sebagai apapun jabatan kita, maka semua dapat kita laksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Mustahil ada nilai kebaikan dalam usaha yang dilakukan oleh manusia apabila dalam pelaksanaan usahanya tidak memperhatikan nilai akhlaq dan keimanan kepada Allah SWT, Oleh karena sebagai umat Islam sudah semestinya menjadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai payung Hukum yang menjadi sumber dari segala sumber Hukum Dunia dan Akhirat dalam berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari, sehingga tercapailah apa yang didambakan oleh seorang yang mengakui Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya yaitu tercapainya keselamatan di dunia dan kebahagiaan di Akherat.

Jakarta, Mei 2008



Penulis,



A. Fauzi A.GH
021-92170496